Rasanya tidak salah juga jenakaan tersebut. Tiap lebaran, masyarakat Jakarta yangsetiap harinya bergelut dan bertempur dengan kemacetan, selalu dimanjakan oleh kelenggangan di ruas-ruas jalan yang biasanya akrab dengan kepulan asap, raungan mesin kendaraan yang saling berhimpitan di jalan.
Ruas Jalan Jendral Sudirman Yang Lenggan |
Melintasi jalan-jalan di Jakarta pasca Lebaran, terasa menyenangkan. Tidak berlebihan kalau dikatakan inilah hadiah terindah dari Sang Maha Kuasa untuk warga Jakarta, khususnya yang tidak mudik.Kendaraan bisa dipacu lebih cepat dari biasanya. Orang-orang leluasa bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa harus khawatir bakal menghadapi halangan kemacetan di jalan.
Denyut-denyut pembangunan di Ibukota juga berhenti sementara. Kesibukan para pekerja yang tengah mempersiapkan infrastrukur dan fasilitas jalan baru ibukota, tidak tampak. Mereka juga ingin merasakan nikmatnya lebaran berkumpul dengan sanak saudara.
Hiruk pikuk, kesibukan, kemacetan, kebisingan, kepengapan, adalah menu sehari-hari yang biasa dilahap warga Jakarta. Seolah menemukan satu oase pelepas dahaga, moment lebaran ini menjadi satu keindahan figura Jakarta yang bersih, tenang, biru, dan bersahabat.
Mengabadikan Jakarta yang bersahabat di saat seperti ini dalam bingkai foto, sangatlah sebuah kesempatan yang langka.
Mengutip lirik salah satu lagu Iwan Fals " Jangan kau paksakan untuk berlari,
Angkuhmu tak peduli luka di kaki,
Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari,
Bila luka di kaki belum terobati,
Berkacalah Jakarta "
Jakarta harus berkaca, melihat diri sendiri, apakah sudah cukup membahagiakan warganya. Atau sebaliknya, apakah warganya sudah membahagiakan Jakarta ?
Yang jelas, terima kasih Iedul Fitri, yang telah membuat Jakarta bercermin untuk beristirahat sejenak, karena wajahnya yang semakin lelah.
Jakarta ngak butuh pemimpin untuk mengatasi kemacetan, yang du butugkan cuman libur lebaran hahaha #Canda
BalasHapus